Blogger Widgets

Sabtu, 14 Desember 2013

Mengapa ayah menangis?

Sore itu hujan deras mengguyur, di sebuah pinggiran jakarta,terlihat seorang bapak setengah baya dengan tergopoh2 mendorong motornya yg tiba2 mogok di jalan,sekujur tubuhnya basah kuyup dan sedikit terlihat menggigil menahan dinginnya hempasan angin di sertai hujan yg menusuk2 seluruh sendi tulangnya bak jarum2 kecil.
Alkisah pria tersebut pun menepi di sebuah halte yg sepi,ia memilih utk tidak terlalu memaksakan fisiknya yg mulai melemah.di pinggiran halte ia parkir sepeda motor bebeknya itu,ia pun duduk sambil mengibas2kan pakaiannya dengan maksud agar baju yg ia pakai tidak terlalu basah kuyup.belum lama ia duduk di halte tsb tiba ada sepasang anak muda lelaki dan perempuan berjilbab putih yg ikut menepi di halte itu,sepertinya mereka anak2 SMU,tapi anehnya sore itu adalah hari sabtu,seharusnya anak2 sekolah sudah pulang sejak siang tadi,karena pemandangan tsb sudah lumrah di kota besar (jakarta) maka si bapak tidak terlalu mempedulikan mereka berdua hingga si bapak tersebut mendengar suara perempuan yg ia rasa tidak asing di telinganya,maka ia pun berbalik menjadi penasaran,kedua remaja tsb duduk
tanpa melepaskan helm mereka sehingga wajah mereka pun tampak samar.
Bapak tersebut berinisiatif utk mendekati mereka berdua dan alangkah terkejutnya si bapak begitu pula perempuan muda tsb,tapi entah karena alasan apa bapak itu cuma bilang “maaf dhe klo boleh tau bengkel motor terdekat dari sini dimana ya??” maka si pemuda SMU tsb memberi tau detail2 lokasi dan alternatif2 tempat lain yg di rasa akan membantu permasalahan bapak tsb.sedangkan sang perempuan muda hanya tertunduk malu,entah karena apa sepertinya hanya mereka berdua yg tau (bapak dan perempuan muda)
Singkat cerita si bapak pun pergi berlalu mencari bengkel yg ia cari,setelah ia selesai menservis motornya ia pun memacu motornya utk segera pulang karena senja semakin menguning,begitu sampai di rumah sang bapak di sambut manis oleh istrinya yg sudah lama menunggu dengan cemas .
“Bapak kok tumben pulangnya sore??,ibu khawatir loh pak?!”
“Iya bu…tadi motor tiba2 mogok,mana hujan deras lagi,tapi untung cuma masalah busi”
“Oia bu..putriana mana??”
“Iya nih pak ibu juga cemas,td pagi sih pamitannya sehabis sekolah mau langsung ke tempat temennya utk belajar ata ada kegiatan apa gitu,ibu lupa…”
“Oh….ya sudah mudah2an anak kita baik2 aja,mungkin karena hujan jd dia agak terlambat”
“Iya pak ibu juga berharap begitu
Belum sempat si bapak beranjak ke kamar mandi,terdengar suara ketukan pintu.
“Assalamu’alaikum??”
“Wa’alaikum salam”
Si ibu mau membuka pintu langsung di cegah sama si bapak,” biar bapak bu yg buka..”
“Pak jangan di marahi ya anak kita,kasihan…”
“Ibu tenang saja bapak gak bakal marah2 kok”
Pintu pun di buka oleh si bapak dan sesosok perempuan muda yg ia jumpai di halte td terlihat tertunduk lesu tanpa berani mengangkat sedikit pun mimik wajahnya.
“Ana ayo masuk nak nanti kamu masuk angin…” tegur sang bapak kepada perempuan muda tsb yg tidak lain tidak bukan adalah putrinya sendiri.”ayo masuk nak kamu kenapa sih kok mukanya pucet sakit ya?” sambung ibunya.
“Ya sudah biar putriana aja dulu bu yg mandi,air hangat utk bapak biar di pake dulu,bapak mau bersih2 motor dulu”si bapak pun keluar rumah menuju motor kesayangannya.
“Ayo putri..kamu kenapa sih nak??” tanya si ibu
“Enggak kok bu…cuma kedinginan”
“ya sudah mandi dulu sana pake air hangat,ibu mau ngerebus air buat bapak kamu”
“Iya bu…”
Singkat cerita malam itu suasana rumah menjadi agak canggung dimata putriana,ia merasa sangat malu dengan kejadian tadi sore di halte,dimana sang ayah mengetahui bahwa anaknya jalan sama cowok,padahal hal tsb di larang oleh ayahnya,namun ia masih tak habis pikir kenapa ayahnya tidak langsung memarahinya saat di halte malahan pura2 tidak kenal anaknya sendiri.hal ini bener2 membuat putriana gelisah sangat2 gelisah.
Ketika putriana keluar dari kamar ia jumpai ibunya sedang menina bobo adeknya yg masih berusia 4 tahun di depan TV yg merangkap sbg ruang tamu,karena sang ibu ikut tertidur maka putriana pun sangat hati2 saat mencoba membuka pintu depan,setelah membuka pintu depan rumahnya ia dapati sang ayah sedang duduk2 sendirian di teras rumah,sang ayah terlihat murung dan sedih semakin dekat putriana melangkah semakin jelas bahwa sang ayah sedang menangis,airmatanya mengalir membentuk garis2 seperti anak sungai yg di lihat dari ketinggian,air mata sang ayah berkilat2 terkena pantulan cahaya lampu teras.
Putriana pun duduk di depan ayahnya sambil tertunduk malu,ia tidak berani membuka perbincangan karena ia sadar bahwa segala alibi yg ia ucap pasti malah menambah kesalahannya di mata sang ayah.
“Bapak sedih….bapak kecewa pada diri bapak sendiri,ternyata selama ini bapak terlalu percaya diri dengan cara bapak mendidik kamu bapak terlalu sombong di hadapan Alloh subhaanahu wa ta’ala sehingga bapak memandang sebelah mata do’a utk kebaikan anak yg seharusnya bapak panjatkan setiap pagi dan sore,maafkan bapakmu nak atas sikap bapak td sore yg berpura2 tidak mengenalimu,bapak sangat malu menjumpai anak kesayangan bapak sendiri dalam keadaan seperti itu,berdua2an dengan lelaki sementara bapak sudah tanamkan sebelumnya ke anak bapak bahwa perbuatan itu diharamkan dalam Agama,tetapi ketika bapak menemui kenyataanny sore tadi,bapak mulai sadar ternyata apapun yg bapak ajarkan ke anak tidak ada gunanya,tidak di ambil maknanya sehingga bapak semakin sadar bahwa bapak memang orang bodoh tidak pernah sekolah seperti kamu,bapak hanya orang dusun yg mencoba mengadu nasib di jakarta dengan harapan bisa menyekolahkan anak agar nasibnya jauh lebih baik dibandingkan bapaknya,bapak akui memang bapak bodoh nak.sebenarnya bapak cuma menjalani tanggung jawab saja sebagai org tua yg wajib mendidik anak2nya namun bila mana anak punya pilihan hidup sendiri bapak hanya bisa berdo’a agar anak tidak salah melangkah “
Putriana pun langsung bersimpuh dan berlutut di hadapan sang ayah,ia pegang telapak tangan ayahnya dan ia cium serta ia benamkan kepalanya di pangkuan sang ayah sambil menangis sejadi2nya’
“Maafin putriana ayah,maafin kesalahan putri,maafin kelancangan putri yg sudah berani melanggar pesan bapak…..!”
“Sudahlah jangan buat ibumu terbangun dan tahu masalah ini karena nanti hanya menambah kesedihannya saja..sudah..sudah bapak sudah maafin kamu sejak kamu pulang tadi,bapak minta kamu lebih bijak lagi ya menanggapi nasehat orang tua,semua demi kebaikanmu sendiri bukan utk kepentingan orang tuamu”
Putriana benar2 seperti baru terbangun dari tidur panjang,ia seakan baru sembuh dari pengaruh bius setan yg melenyapkan kesadarannya,ia begitu malu pada dirinya sendiri karena telah berani lancang terhadap sang ayah yg sedemikian bijak membimbingnya,membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan berbagai pengorbanan lainnya yg tak ternilai demi kebaikan dirinya.
Semenjak hari itu putriana berubah total,ia memilih menghindar dari pergaulan teman2nya yg selama ini selalu mengajak utk berhura2,pacaran etc ,kini ia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah, meski hal tersebut mendapat banyak reaksi negative dari teman2nya namun ia jalani dengan sabar dan memberi penjelasan kepada mereka secara bijak.
Kini ia tahu bahwa kebahagiaan yg selama ini di cari oleh banyak orang ternyata salah satunya ada pada perbuatan berbakti kepada kedua orang tua